Chairman Grup Jababeka sekaligus Rektor President University (PresUniv) Prof. Dr. Chairy menilai dunia sedang menghadapi masalah besar secara bersamaan. Menurutnya, hampir seluruh negara di dunia menghadapi ancaman inflasi sebagai imbas dari pandemi Covid 19 ditambah dengan perang Rusia vs Ukraina. "Dua masalah tersebut memiliki kerumitan sendiri, saling tumpang tindih, sehingga membuat dunia dalam beberapa tahun ke depan akan menghadapi tantangan yang serius," beber Chairy dalam webinar Economic and Social Development for a Resilent Indonesia, dikutip Senin (6/5/2022).
Menurutnya, ada beberapa langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk memperkuat ekonomi Republik Indonesia. Chairy mengatakan pemerintah Indonesia perlu untuk memperoleh dana, termasuk devisa, guna pembiayaan pembangunan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah, kata Chairy, perlu terus mendorong ekspor.
"Hanya yang diekspor bukan lagi barang mentah, tetapi produk olahan atau barang jadi, yang nilai tambahnya lebih tinggi," urainya. Dengan cara seperti ini, pemerintah dapat sekaligus mendorong tumbuhnya kegiatan kegiatan ekonomi yang bersifat inovatif dan kreatif, sehingga membuat perekonomian Indonesia menjadi lebih sustainable. Untuk itu, tim dosen PresUniv mengusulkan agar pemerintah menurunkan tarif pajak bagi perusahaan perusahaan rintisan (startup companies), baik itu berupa PPN atau PPh. "Ini agar generasi milenial dan generasi Z tertarik memulai bisnis baru, terutama bisnis bisnis yang berbasis inovasi dan kreativitas," kata Chairy. Selain itu, pihaknya mengusulkan agar pemerintah bisa mengalokasikan kredit dengan suku bunga rendah bagi perusahaan perusahaan rintisan, termasuk yang rintisannya berangkat dari universitas.
Hal ini penting agar perusahaan perusahaan rintisan tersebut tidak lagi mengandalkan pendanaannya dari berbagai skema pembiayaan yang bersuku bunga tinggi, seperti peer to peer lending atau pinjaman tanpa agunan, dan sebagainya. Untuk mendorong munculnya produk produk kreatif dan berbasis inovasi, Pemerintah juga bisa meningkatkan alokasi dana riset bagi perguruan tinggi. Dengan dana tersebut, perguruan tinggi dapat melakukan riset sendiri, atau melakukan riset bersama universitas lain. “Ekonomi masa depan adalah ekonomi yang berbasis riset dan inovasi,” tegas Chairy. Langkah strategis selanjutnya yang bisa ditempuh pemerintah, lanjut Chairy, adalah menggunakan produk dan jasa dalam negeri untuk mengurangi impor bahan baku dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk sektor sektor yang sudah dapat ditangani oleh SDM Indonesia, penggunaan tenaga asing perlu dibatasi atau bahkan dilarang. Melalui penggunaan produk dan jasa dalam negeri, Indonesia dapat lebih menghemat devisa. Salah satu produk impor yang dapat dikurangi adalah bahan bakar minyak (BBM). "Untuk mengurangi konsumsi BBM, pemerintah perlu mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik, dan mendorong penggunaan lebih banyak kendaran listrik termasuk untuk transportasi publik," jelasnya.
Kemudian pentingnya untuk membuat gebrakan pembangunan properti murah bagi masyarakat. Bentuknya, antara lain, pemerintah menginisiasi gerakan membangun Sejuta Rumah yang seluruh bahan baku dan SDM nya harus produk nasional. Gerakan Sejuta Rumah ini diharapkan dapat menjadi pemantik bagi pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi dan sekaligus mengurangi backlog kebutuhan akan perumahan. Menurut survei Sosial Ekonomi Nasional 2020 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, backlog perumahan Indonesia mencapai 12,75 juta unit.
"Pemerintah juga perlu memberikan kredit properti (mortgage) dengan suku bunga rendah bagi masyarakat, dan kredit untuk perusahaan yang berorientasi produksi," imbuhnya. Ia pun menekankan pentingnya mengundang masuk investasi asing lewat skema Foreign Direct Investment (FDI). Dengan langkah seperti itu, devisa akan masuk ke Indonesia sehingga memperkuat posisi foreign reserve, seraya sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
"Pemerintah secara bertahap dan terstruktur mulai mengendalikan investasi di pasar surat berharga, dan mengalihkan dananya untuk investasi di sektor riil," papar Chairy.